Sejarah Desa Nusawungu

1. Legenda Desa
Sejarah Desa Nusawungu tidak terlepas dari sejarah Pemerintahan Banyumas. Sekitar tahun 1800-an, di Banyumas ada pemerintahan yang dipimpin oleh seorang Kanjeng (Bupati) dan Pemerintahan ini masih dibawah pemerintahan Keraton Mataram Islam yang berpusat di kota Solo. Dalam Pemerintahan Banyumas tersebut ada seorang Abdi Dalem yang bernama Banu Rahman, seseorang kepercayaan Kanjeng Banyumas yang secara kebetulan istri dari Banu Rahman tersebut menjadi Emban dari Putra Kanjeng Banyumas. Banu Rahman bertugas untuk menyetorkan pajak ke Keraton Mataram di Solo. Setelah sekian lama mengabdi di Pemerintahan Banyumas dan merasa sudah cukup umur, Banu Rahman meninggalkan Kanjeng Banyumas untuk mencari dan membuka daerah baru. Beliau pergi ke arah selatan dan menemukan daerah yang masih penuh pepohonan dan dikelilingi oleh rawa-rawa layaknya hutan belantara dan di daerah ini Banu Rahman menemukan pohon wungu.
Daerah yang tadinya hutan, semakin lama diubah menjadi daerah yang bisa menjadi tempat tinggal seiring dengan adanya kehidupan manusia yang semakin bertambah. Setelah ada kehidupan di daerah ini, ada seorang anak perempuan kecil yang meninggal dunia dan kebetulan peristiwa kematian pertama. Kemudian ia dimakamkan disebuah “gundukan tanah”. Tanah seperti pulau (Nusa) dan makam ini ditandai dengan pohon wungu. Kemudian orang dewasa yang pertama kali meninggal adalah Mbah Sera (Putra dari Banu Rahman) dan dimakamkan ditempat yang sama ditandai dengan pohon tanaman wungu.
Kedua makam tersebut pada akhirnya menjadi tempat tinggal yang dikeramatkan oleh masyarakat setempat dan masyarakat menyebutnya dengan "penembahan". Penembahan yang lebih dikenal dengan penembahan “Sariwungu”, dimana terdapat makam seorang anak kecil yang pertama kali meninggal di daerah tersebut wujudnya seperti “gundukan (seperti pulau/nusa) dan dikelilingi oleh rawa-rawa. Oleh karena itu, daerah tersebut disebut “Nusawungu”. Dengan adanya penembahan Sariwungu, masyrakat mempercayai filosofi sebagai berikut.
- Masyarakat Desa Nusawungu mempunyai tabiat “semenanyaran”, artinya masyarakat Desa Nusawungu mempunyai kebiasaan atau menyukai pekerjaaan yang tidak bertahan lama hanya mengikuti perkembangan yang ada setelah itu berganti sesuai perkembangan di masyarakat.
- Masyarakat yang datang ke Desa Nusawungu sebagai pendatang akan merasa nyaman dan akhirnya menetap menjadi warga Desa Nusawungu.
2. Sejarah Desa Nusawungu
Setelah nama Desa Nusawungu terbentuk dan warga masyarakatnya sudah berkembang, maka dimulailah untuk pertama kalinya Pemerintahan Desa Nusawungu, Pemerintahan pertama kali dipimpin oleh Singa Wecana atau Kusen (Putra dari Banu Rahman). Jabatan Lurah pada awalnya dipilih berdasarkan kesaktiaannya. Namun, karena perkembangan zaman masyarakat bisa memilih seorang Lurah/Kepala Desa berdasarkan suara terbanyak. Adapun nama-nama Lurah/Kepala Desa yang pernah memimpin Desa Nusawungu adalah sebagai berikut:
- H. kusen (Singa Wacana) (1850 - 1887)
- Suranom (1887 - 1907)
- Mungid (1907 - 1927)
- Reja Muhamad (1927), belum sempat memimpin karena terkena kasus
- Mangku (1927 - 1933)
- San Marja (1933 - 1945)
- Sanyar (1945 - 1966)
- Moch.Chaelani (1966 - 1988)
- Sodikin (1988 - 1998)
- Mufroil (1998 - 2006)
- Bisri (2007 - 2010)
- Mujo Wahono, S.Sos ( Pj. Kepala Desa tahun 2011)
- Puji Waluyo, SE (Pj. Kepala Desa tahun 2012)
- Esti Setyaningsih, S.Sos (2014 - 2020)
- Rakhmat (2020 s/d. sekarang)
Pada awalnya, pemerintahan Desa Nusawungu hanya terdiri dari 2 (dua) dusun, yaitu Dusun Nusawungu dan Kemroncong. Setelah itu, ada pemekaran wilayah menjadi 6 wilayah dusun, antara lain:
1. Dusun Nusawungu
2. Dusun Nusaori
3. Dusun Kemroncong
4. Dusun Sariwungu
5. Dusun Penggungsari
6. Dusun Nusadadi